INOVASI BISNIS DI PERUSAHAAN SONY
Setiap orang pasti
mengenal merek Sony dan kemungkinan besar pernah menggunakan produk Sony.
Sebagai perusahaan elektronik Sony dinilai berhasil membesut produk produk yang
laris manis atau menjadi icon di dunia teknologi. Sebut saja televisi
Trinitron, pemutar musik Walkman, notebook VAIO, komputer genggam CLIE, konsol
game Play Station, phone cell Sony Ericsson dan sederet produk lainnya.
Tapi dibalik
kesuksesan menjadi salah satu icon teknologi dan inovasi, Sony pada mulanya
“hanyalah” sebuah bengkel radio di Tokyo jepang; Tokyo Tsushin Kogyo (Tokyo
Telecomunication Engineering Corporation). Di dirikan oleh Akio Morita dan
Ibuka setelah perang dunia ke II. Setelah memutuskan untuk melakukan manufaktur
produk, Morita dan Ibuka mempoduksi penanak nasi dari kayu (khas Jepang) dengan
sumber energi listrik untuk memanaskan nasinya. Tapi entah kenapa nasi yang
ditanak tidak pernah matang. Akhinya produk pertama mereka gagal.
Sony, ditangan Morita
dan Ibuka dapat berkembang dari sebuah perusahaan lokal menjadi sebuah
perusahaan elektonika pertama Jepang yang merambah secara Global. Bermula dari
Morita yang berkunjung ke perusahaan Phillips Belanda di era 50-an. Kunjungan
itu membawa mimpi bagi Morita untuk membawa Sony menjadi perusahaan kelas
dunia. Disini kita bisa belajar contoh kekuatan sebuah visi dan tekad untuk
mewujudkannya.
Morita dan Ibuka
merupakan contoh pemimpin bertangan dingin dan memiliki visi yang kuat.
Walaupun pucuk pimpinan dipegang oleh dua orang tapi mereka mampu “membagi”
kekuasaan dan bersinergi membangun budaya perusahaan yang solid. Budaya
perusahaan inilah yang menjadi “resep rahasia” Sony selain sumber daya manusia
yang bagus.
Kedisiplinan, inovasi,
keberanian untuk mengambil resiko, kebersamaan, kesedehanaan, merupakan
sebagian budaya perusahaan Sony yang dapat diaplikasikan dengan baik. Maka
tidak heran di Sony sang pendiri Sony berinteraksi secara langsung dengan
petugas kebersihan dan karyawan level paling bawah. Budaya egaliter merupakan
salah satu pemicu inovasi Sony. Memungkinkan orang-orang Sony mengeluarkan
potensi terbaiknya untuk perusahaan. Kesederhanaan merupakan budaya yang di
anut seluruh karyawan mulai dari level bawah sampai top management. Morita dan
Ibuka mencontohkan sikap bahwa budaya mewah bukanlah taraf pencapaian terbaik.
Berprestasi terus menerus merupakan pencapaian yang lebih beharga ketimbang
bermewah-mewah.
Inovasi merupakan ciri
khas Sony yang sudah mendarah daging. Produk produk Sony terkenal dengan desain
dan kinerja yang prima, walaupun tidak semua laris dipasaran. Diawali dengan
produk radio transistor portable Sony yang laris, Sony menggulirkan produk
lainnya dengan “DNA” yang sama: pemutar musik portable WALKMAN, notebook VAIO,
konsol game Play Station. Walaupun ada lini-lini produk yang gagal tapi tidak menyurutkan
inovasi Sony dan investasi untuk mengembangkan bisnisnya. Sampai sekarang
budaya Sony yang ditanamkan sang pendiri masih mengakar kuat walaupun Sony
adalah sebuah perusahaan global. Suatu contoh perusahaan global dengan budaya
lokal yang kuat dan positif.
Hal yang menyentuh
lainnya dari budaya Sony: Sony meletakkan tujuan usahanya bukan hanya untuk
mencetak laba semata. Yang paling utama bagi Sony adalah mengembangkan
pertumbuhan jangka panjang dengan memberikan produk terbaik bagi konsumen,
serta kesejahteraan bagi para karyawannya.
Suatu budaya yang
mungkin dianggap utopia oleh kultur corporat barat tapi nyatanya sampai
sekarang Sony masih bertahan sebagai perusahaan yang disegani.
Komentar
Posting Komentar